Budi Sudarto and James Nguyen
Setelah berpikir panjang, kami menangguhkan acara Percakapan Terbuka.
Keputusan ini kami ambil dengan tidak mudah. Kami ingin menciptakan sebuah peluang bagi LGBTIQA+ multibudaya dan multikeyakinan, serta kaum kulit berwarna quir dan trans untuk berkontribusi ke penyusunan glosarium quir dalam banyak bahasa kita.
Kami ingin membuat dokumen yang hidup dan digital guna menjelajahi terminologi quir Barat di dalam aneka bahasa dan budaya kita. Kami sadar bahwa terjemahan kami tidak akan ‘sempurna’, bahwa arti suatu kata semestinya dan akan terus berangsur berubah. Kami berharap untuk menciptakan sebuah ruang bagi para anggota komunitas untuk berkontribusi ke glosarium terbuka ini, mengadakan perbincangan di antara kita, LGBTIQA+ non-Kulit Putih-Anglo-Eropa, dan menemukan ungkapan-ungkapan baru di antara identitas-identitas kita yang beririsan, yang mewakili seksualitas, jenis kelamin, dan hubungan kita.
Akan tetapi, iklim politik akhir-akhir ini berarti bahwa kami harus memikirkan ulang pendekatan terbuka ini. Secara memprihatinkan, kebencian anti-trans sudah menyusupi baik komunitas LGBTIQA+ maupun komunitas etnis kita, dengan kita melihat bahwa orang-orang TERF (trans exclusionary radical feminist atau feminis radikal penolak trans) menyelaraskan sikap dengan para pemimpin etnis dan agama yang konservatif dalam retorika anti-trans, menyebarkan pandangan yang sesat dan tidak benar tentang khususnya komunitas beragam trans dan jenis kelamin, dan lebih umumnya seksualitas, identitas kelamin, dan hubungan yang beragam.
Belakangan ini, kita menyaksikan penargetan sistemis terhadap acara-acara seputar quir dan trans yang menyebabkan pembatalan terbuka berbagai karya dan proyek baru. Kami juga sadar akan upaya-upaya baru merekrut dengan sistematis orang-orang dari aneka komunitas etnis dan agama kita yang beragam untuk menyebarkan ideologi anti-trans Barat yang menghapus keberadaan jenis kelamin, seksualitas, dan hubungan non-heteroseksual kita yang beragam, yang sudah ada di dalam berbagai komunitas etnis dan agama kita selama berabad-abad.
Pada akhirnya, kami harus mengutamakan keselamatan satu sama lain. Mengadakan Open Glossary dapat membuat kita terpapar kekerasan terorganisir dan penganiayaan struktural yang akan membahayakan keselamatan kita semua. Kami tidak ingin para homofob, transfob, bifob, dan quirfob multibahasa melontarkan pernyataan-pernyataan yang merugikan, menyakitkan, dan diskriminatif di dalam dokumen terbuka kami.
Kami tidak dapat mengambil risiko memudahkan upaya membahayakan orang-orang yang sudah rentan akibat aneka keterpinggiran mereka yang bertumpang tindih. Kami tidak ingin menciptakan sebuah platform bagi orang-orang untuk menyebarkan kebencian.
Alih-alih, kami sudah membuat sebarisan malaikat untuk menjaga segenap identitas kami dan istilah kami. Sebarisan malaikat yang memberi kami kenyamanan. Sebarisan malaikat sebagai naungan dari banyak bentuk diskriminasi yang kami hadapi setiap hari. Penjagaan para malaikat yang memberi kami harapan.
Kami menyajikan pesan-pesan harapan kami dalam sejumlah bahasa. Kami ingin pesan itu terus terang. Kami ingin pesan itu kasatmata. Kami ingin pesan itu menjadi pesan kita.
Kebencian tidak akan menang.
Kami ingin mengingatkan para komunitas etnis dari seksualitas, jenis kelamin, karakteristik kelamin, dan hubungan yang beragam bahwa kita hadir saling mendukung.
Kami ingin mengingatkan kaum LGBTIQA+ Kulit Putih-Anglo-Eropa bahwa kita ada bukan sebagai pelengkap, tetapi bagian terpadu komunitas-komunitas kita.
Kita penuh asa di masa-mata tanpa asa.
Kami ingin berkontribusi ke sebuah masa depan ketika identitas-identitas kita yang tumpang tindih tidak akan digunakan untuk menyerang kita, sebuah masa depan ketika kita dihargai oleh komunitas-komunitas etnis dan agama kita, sebuah masa depan ketika kita tidak harus mencemaskan keselamatan kita dan keselamatan orang-orang yang kita kasihi.
Walaupun Percakapan Terbuka ditangguhkan, kita saling bahu-membahu untuk berjuang demi kesetaraan, keadilan, dan hak asasi manusia.